Back

REMAJA DAN PESANTREN

Oleh : Ustadzah Hj. Ika Barkah, M.Psi

(Koordinator Bimbingan Konseling Pondok Pesantren Attaqwa Putri)

Masa remaja adalah  fase terindah dalam kehidupan seseorang. Tenaga yang masih powerfull, membuat seorang remaja tampil energik, rasa ingin tahu yang tinggi, perasaan ingin dicintai dan mencintai, masa mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya tanpa dibebani tanggung jawab kehidupan sebagaimana tugas orang dewasa. 

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menjadi individu dewasa. Pada fase ini banyak sekali perubahan yang dialami dari segi perilaku, emosional dan fisiknya. Masa remaja selalu identik dengan perubahan pergaulan, mudah terbawa arus perkembangan dunia global, sehingga membuat perilaku remaja kerapkali disorot oleh masyarakat akibat perbuatan yang kurang terkontrol.  Tidak sedikit remaja yang mengadopsi budaya luar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa memfilter  apakah sesuai dengan budaya bangsa dan norma agama atau tidak.

Hiruk pikuk kehidupan remaja butuh perhatian khusus agar moralitasnya tidak mengalami dekadensi yang berkepanjangan. Pendidikan pesantren hadir menawarkan solusi bagi terabaikannya perilaku manusia khususnya Pendidikan budi pekerti bagi remaja.

Pendidikan di Indonesia sangat beragam. Bukan hanya institusi pemerintah yang menaungi sekolah formal, namun juga banyak institusi swasta yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan lainnya seperti asrama dan pesantren. Sejarah pendididkan pesantren di Indonesia sangat kuat, dan kehadirannya menjadi pondasi penyebaran pendidikan Islam di Indonesia, bahkan dunia pesantren memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. federspiel– salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang (Sumatra), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah meng hasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peranan yang penting di Indonesia dan negara-negara lainnya yang penduduknya banyak memeluk agama Islam. Alumni pondok pesantren umumnya telah bertebaran di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa alumnus pesantren juga telah berkiprah di pentas nasional, yang terkenal antara lain:

  • Pangeran Diponegoro (1785-1855). Beliau adalah seorang santri yang banyak berguru kepada ulama-ulama besar pada masanya.
  • Raden Ajeng Kartini (1879-1904) sebagai seorang santriwati dari KH. Sholeh Darat.
  • Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia (1889 – 1959 ). Beliau adalah santri KH. Sulaiman Zainuddin Prambanan. Bahkan di beberapa sumber mengatakan bahwa Ki Hajar Dewantara adalah seorang Hafizh, penghafal Al Quran.
  • KH. Nurali Bekasi, Pejuang yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, seorang Kiayi kebanggaan masyarakat Bekasi dan pendiri Pondok Pesantren Attaqwa.
  • KH. Muhammad Mustafa Bisri, seorang kiyai dan juga budayawan Nasional.
  • Dr. Muhammad Hidayat Nur wahid (mantan Ketua MPR RI),
  • KH. Hasyim Muzadi ( Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
  • Prof, Dr. Nurcholis Madjid ( Cendikiawan Muslim Indonesia)
  • Dr. Dien Syamsuddin ( Mantan Ketua PP Muhammadiyah dan Mantan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
  • KH. Abdurrahman Wahid salah seorang kyai yang terkenal, adalah salah satu mantan Presiden Republik Indonesia. Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim seorang kyai yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pernah dua kali menjabat Menteri Agama di Indonesia. Sementara kakeknya adalah KH. Hasyim Asy’ari seorang pahlawan nasional Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Uraian di atas menunjukkan betapa kerennya pesantren bukan?. Nah selain itu, berikut 5 alasan kenapa kehidupan pesantren sangat cocok untuk para remaja.

  1. Pendidikan Prinsip Hidup

Anak usia remaja adalah masa dimana anak harus dididik dengan prinsip hidup dan kedisiplinan. Di masa ini anak harus dibekali ilmu yang akan mengendalikan jiwanya. Kehidupan pesantren yang teratur melatih santrinya untuk hidup penuh kedisiplinan.

Kurikulum pesantren yang mencakup banyak disiplin ilmu membuat santri akan sangat sibuk, membangun dan menata persahabatan, saling membutuhkan satu dengan lainnya, tidur, makan, dan belajar dilakukan secara bersama-sama. Aktifitas di Pesantren juga sangat membentuk karakter manusia yang sabar, setia kawan, dan mampu berkolaborasi dengan sesama.   Antrian panjang yang mengular ketika hendak makan dan mandi, kegiatan extrakurikuler dan rutinitas kehidupan yang padat dan terukur memberikan pembelajaran  agar memiliki kompetensi dalam menghadapi permasalahan (problem solving) dan upaya membuat keputusan baik (decision making). Karenanya tidak sedikit juga santri yang mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan dan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya di Pesantren.

Kehidupan yang terjadi dalam lingkungan pesantren pada dasarnya merupakan miniatur kehidupan masyarakat. Santri harus terampil menyelesaikan konflik masalah pribadi dan sosialnya, karena mereka tidak bisa menghindari orang yang sedang dibencinya bila sedang ada masalah, hal tersebut  mengajarkan santri agar selalu siap berhadapan dengan masalahnya, sekaligus santri  belajar mencari problem solving yang tepat sehingga ia belajar berfikir dan menganalisa masalahnya dengan pikiran jernih dan tenang tanpa memunculkan konflik baru.

  • Memperluas Jaringan

Pesantren adalah tempat belajar para santri dan santriwati yang berdatangan dari berbagai daerah dan suku bangsanya, semua memiliki hak yang sama untuk mengenyam Pendidikan pesantren. “Bhinneka Tunggal Ika” hidup membaur , beradaptasi dengan budaya dan adat istiadat masing-masing, keberagaman ini akan memperluas jejaring sosial. Ada cerita tentang saling bertoleransi antar suku bangsa, ras dan Bahasa. Karenanya ada banyak alumni Pesantren  yang memiliki koneksi luas dalam usahanya sehingga menjadi seorang pengusaha atau pebisnis yang sukses.

  • Pergaulan yang Terkendali

Pergaulan bebas dan pelanggaran hukum dikalangan generasi muda mudi sudah sangat mengkhawatirkan. Terjadinya kasus MBA (Married By Accident), penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sampai komunitas  geng motor yang semakin banyak menjadi indikator bahwa perilaku pergaulan yang tidak baik. Memang tidak ada salahnya bergaul dengan siapapun, namun teman yang baik akan membawa pengaruh yang positif, dan teman yg kurang baik akan membawa dampak negatif.

Maraknya media sosial dengan berbagai aplikasinya seakan telah menjadi kebutuhan primer anak muda zaman sekarang. Dengan kemudahan mengakses jaringan dunia maya mereka mengakses tontonan atau melihat hal-hal yang belum pantas untuk ditonton. Akses dunia internet yang tidak digunakan secara arif dan bijaksana akan berakibat buruk, apalagi jika tidak ada kontrol yang baik dari lingkungan  terhadap  konsumsi informasi yang sesuai bagi remaja.

Kehidupan Pesantren dengan norma aturan yang ketat sangat berperan dalam membentuk karakter pergaulan yang positif para remaja. Pendidikan Pesantren mengajarkan perilaku yang dilandasi pada norma agama dan sosial, sehingga dengan memahami norma-norma ini bukan hanya soal  halal dan haram  namun juga akan memikirkan akibat dari perbuatan yang merugikan baik di dunia maupun akhirat.

  • Menggali Potensi Diri dan Life Skill

Kehidupan pesantren tidak hanya di sibukkan dengan pengajian saja. Setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia atau Perayan Hari Besar Islam (PHBI), selalu diadakan dengan meriah mulai dari dekorasi panggung yang megah dan unik, susunan acara yang dikemas dengan sangat apik dan kreatif menjadikan semua rancangan acaranya menjadi luar biasa, yang bisa menghipnotis banyak penonton sampai penampilan kreasi seni yang sangat menghibur. Tidak sedikit santri yang menguasai ilmu kaligrafi, kemampuan menghafal ayat-ayat Al-Quran, hadist bahkan Alfiyah, seni suara seperti Sholawat dan Qiraat, ada juga santri yang memiliki kemampuan memainkan alat music baik itu di pukul, dipetik,ditiup dan lain sebagainya juga dilengkapi dengan seni Teater seperti bermain drama dan pantomim.

Kemampuan secara individual seperti itu akan berkembang seiring dengan berbagai acara dan pembelajaran yang akan dihadapi. Para remaja juga perlu mengeksplorasi hal-hal baru untuk menemukan keunikan diri sendiri dan menyadari akan berkah yang dianugerahi Tuhan atau bersyukur serta fokus pada kelebihan diri sendiri dan bukannya memusingkan kelebihan yang orang lain miliki.

Tak hanya kemampuan dalam individual skill, kehidupan pesantren juga akan sangat mendidik untuk kemampuan dalam menjalani hidup. Mulai dari kemampuan untuk bersosialisasi, management waktu, mengatur keuangan dan pengeluaran. Biasanya santri akan sangat pandai membaca situasi sebab mereka memiliki ketajaman hati yang hadir berkat seringnya mereka berdzikir dan membaca Al-Quran. Sehingga saat keluar dari pesntren santri biasanya sudah bisa menghadapi kesulitan hidup bermasyarakat. Bahkan dengan kemampuan hidup seperti itu santri memiliki modal yang besar untuk menjadi pemimpin.

  • Mempermudah Mendapatkan Beasiswa

Pesantren sebagai sebuah lembaga penyelenggara pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum lembaga pendidikan formal ada. Seiring dengan kebijakan Nasional di bidang Pendidikan, model pendidikan pesantren mulai beradaptasi menjadi sebuah institusi pendidikan yang menyelenggaran pendidikan secara integrated (terpadu)

Saat ini  pesantren juga sudah banyak yang membuka jalan untuk melanjutkan studi santrinya ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan untuk orang-orang pesantren persyaratan beasiswanya juga tidak sesulit non pesantren.

 Contoh beasiswa LPDP ( Lembaga Pengelola Dana Pendidikan ), kini beasiswa ini membuka jalan bagi para santri untuk melanjutkan belajar nya. Bila untuk jalur beasiswa reguler nilai Toefle harus 450 untuk di dalam negeri dan 500 untuk ke luar negeri, maka untuk santri cukup 400 untuk di dalam, dan 450 untuk ke luar negeri. Semakin mudah lagi sebab yang akan menguatkan beasiswa yang di terima itu dengan surat rekomendasi dari kiyai.

  • Mendidik Jiwa yang Ikhlas, Sederhana, Sabar, dan Bersyukur

Ikhlas adalah ruh setiap perbuatan. Tanpa niat yang ikhlas dalam suatu perbuatan, ibarat badan tanpa ruh. Seperti Sabda Nabi SAW. “ Sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap manusia tergantung dari apa yang ia niatkan.”Artinya segala sesuatu yang kita lakukan itu berdasarkan niat dan diterima atau tidaknya amalan itu ditentukan oleh niat.

Maka hendaknya memiliki niat yang baik dan senantiasa memperbaharui niat yang lebih baik dari sebelumnya agar tidak berubah karena sesuatu apapun. Saat kita berniat baik, maka Alloh akan memperbaiki amalan kita.  Ikhlas seperti tulus dalam melakukan apapun hanya mengharap ridho Alloh tanpa mengharap imbalan dari siapapun.

Kehidupan pesantren mengajarkan remaja santri hidup sederhana. Sederhana bukan berarti pasif atau nerimo, hidup sedehana itu juga tidak berbanding lurus dengan kehidupan miskin atau melarat. Sederhana itu adalah sikap hidup tidak berlebihan;  dalam bertutur kata, berpakaian tidak berlebih-lebihan mampu menyesuaikan diri dalam segala suasana, di balik kesederhanaan terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dari segala segi kehidupan. 

Keikhlasan juga menambah rasa nikmat dalam beramal shaleh, beribadah tanpa merasa tertekan dalam menjalankannya, karena tidak ada rasa tertekan sehingga ringan dalam melakukannya. Segala aktifitas yang dilandasi dengan keikhlasan akan mendatangkan keberkahan dalam hidup.  

“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Alloh, supaya kamu beruntung”. 

Pendidikan di Pesantren juga mengajarkan kepada santri untuk membiasakan sikap “syukur”. Bersyukur dengan mengakui sang pemberi nikmat dan bagaimana mendayagunakan nikmat-nikmat Allah dengan sebaik-baiknya.

                                                DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/psikodinamika/article/view/990

Nuryani. (2019). Kata kunci: penyesuaian diri, santri, pondok pesantren. Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 6.

Pritaningrum, M., & Hendriani, W. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama. Jurnal Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 02(03), 10.

Yusuf Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *