Back

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-QURAN

Oleh : Ustadzah Dr. Hj. Ade Naelul Huda, MA., Ph.D
[email protected]
(Guru Bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Pondok Pesantren Attaqwa Putri)

Pendidikan merupakan aktifitas untuk mengembangkan aspek kepribadian manusia yang berlangsung dan terjadi seumur hidup. Sedangkan Akhlak menurut Ibnu Maskawaih -sebagaimana dikutip Jaman-, adalah suatu keadaan dalam jiwa yang mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.[1]

Pendidikan akhlak dapat dimaknai proses penghayatan sebuah nilai yang harus diwujudkan oleh setiap manusia agar nilai dan upaya tersebut tertanam dalam pemikiran, sikap, ucapan, dan tingkah laku baik yang berhubungan dengan Allah, manusia dan lingkungan sekitar. Pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke dalam diri seseorang, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam pola pikir, ucapan perbuatan, serta berefek dalam interaksinya dengan Tuhan, manusia dan lingkungan (alam).[2]

Al-Quran diyakini sebagai wahyu Allah dan tuntunan wahyu ilahi pada seluruh aspek kehidupan manusia sehingga Al-Quran harus melingkupi dan mengandung beragam petunjuk. Dalam Al-Quran kita dapat melihat ragam dan corak tema serta fokus pembahasan yang mencakup nilai-nilai dan petunjuk hidup, seperti ayat-ayat akidah, ayat-ayat ibadah, ayat-ayat sosial, ayat-ayat sains, ayat-ayat tentang keluarga, ayat-ayat psikologis, termasuk di dalamnya adalah ayat-ayat pendidikan akhlak. Dalam materi Ulumul Quran yang diberikan oleh penulis kepada santri kelas 5 dan 6 di Pondok Pesantren Attaqwa Putri telah dijelaskan bahwa ayat-ayat terkait akhlak merupakan ayat yang keberadaannya tidak dapat di nasakh atau dihapus serta tidak akan mengalami perubahan, sebab nilai-nilai akhlak bersifat universal dan abadi sepanjang masa. Bersikap welas asih, lemah lembut, menghormati orangtua, menyayangi sesama merupakan nilai kehidupan yang tidak akan pernah berubah dan menjadi pakem sosial yang akan selalu dijaga.  Nabi Muhammad saw diutus oleh Allah untuk memelihara dan mengajarkan akhlak. Nabi saw bersabda :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارمَ الْأَخْلَقْ
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Melalui hadis di atas dapat menjadi isyarat bahwa akhlak yang buruk dapat diubah dan dididik menjadi baik. Jika akhlak tidak dapat diubah, maka peran berbagai institusi seperti pendidikan, agama, hukum dan negara akan menjadi tidak berguna, karena tujuan dasar pembentukan institusi tersebut adalah untuk menciptakan generasi dengan akhlak yang mulia. Begitu pula syari’at berperan dalam membiasakan manusia melakukan perbuatan yang baik dan mempersiapkan mereka untuk menerima hikmah serta mewujudkan kebahagiaan melalui pemikiran yang benar dan tindakan yang sesuai.[3]

Pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga terutama untuk anak sangat penting dan harus diupayakan dengan maksimal oleh orangtua dibantu oleh guru dan lingkungan keluarga lainnya seperti kakek, nenek, paman, asisten keluarga dan lain-lain. Namun orang tua berperan menjadi faktor utama dan pertama sebab orangtua adalah figur yang dihormati dan dijadikan teladan oleh anak-anak mereka. Orangtua juga memiliki hak untuk menentukan siapa yang ikut berperan dalam pendidikan anak. Setiap tindakan dan perilaku orang tua selalu diperhatikan oleh anak-anak yang memiliki kecenderungan kuat untuk meniru apa yang mereka lihat. Karena kecenderungan ini, memberikan teladan yang baik menjadi sangat penting dalam pendidikan di keluarga. Sikap dan perilaku orang tua akan menjadi contoh utama yang diikuti anak-anak mereka.[4]

Pendidikan akhlak di lingkungan keluarga sebaiknya dimulai sejak dini, agar nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam diri anak-anak. Penerapan nilai-nilai akhlak yang baik dalam kehidupan sehari- hari harus menjadi bagian integral dari proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Orang tua memainkan peran kunci sebagai teladan bagi anak-anak mereka dalam hal ini. Lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat semuanya berperan penting dalam membentuk akhlak yang mulia. Dalam QS Luqman[ 31]:12-19, Al-Quran mengarahkan orangtua untuk mengajarkan anak agar memiliki akhlak mulia yang ditanamkan sebagai karakter mereka. Ayat tersebut juga menggandeng pendidikan akidah dan akhlak yang menunjukkan bahwa akhlak merupakan bagian dari ibadah yang wajib dijalankan setiap muslim. Kewajiban pendidikan akhlak yang utama dan pertama harus diberikan oleh orangtua, sebab pendidikan Akhlak bukanlah seperti pendidikan keilmuan lain yang cukup dengan metode nasihat atau membaca, penanaman pendidikan akhlak sangatlah berat dan kompleks karena untuk mengajarkannya orangtua maupun guru harus memberikan contoh terlebih dahulu barulah anak akan meneladani. Itu sebabnya Rasulullah di berikan pujian sebagai uswatun hasanah sebab beliau adalah pendidik akhlak paling sukses sepanjang sejarah. Rasulullah mampu mengubah bangsa arab yang jahiliyah menjadi terdidik dan berakhlak. Pendidikan akhlak juga harus datang melalui pembiasaan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya : Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (QS. al-Ahzab [33] :21)

Anak tidak akan memiliki karakter akhlak yang baik jika hal itu tidak dijadikan pembiasaan. Itu sebabnya pendidikan akhlak adalah pendidikan paling melelahkan dan harus dilakukan sepanjang waktu. Pendidikan akhlak juga harus bersinergi antara orangtua, guru maupun masyarakat sebab satu saja komponen ini tidak terpenuhi pendidikan akhlak menjadi tidak maksimal. Nabi saw bersabda, “Muliakanlah anak-anakmu dan ajarkanlah mereka akhlak yang baik” (HR. Ibnu Majah).

Dalam materi Tafsir ayat-ayat Sosial (Tafsir Adabiy Ijtimaiy) yang penulis ampu untuk santriwati kelas 6 IIS Pondok Pesantren Attaqwa Putri disampaikan bahwa komponen pendidikan Akhlak yang diajarkan oleh Al-Quran diantaranya adalah:

  1. Akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya

Akhlak kepada Allah dapat kita maknai dengan penanaman tauhid yang benar, Tauhid terbagi menjadi tiga; Pertama, Tauhid Rububiyah, yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan yang menciptakan, mengatur dan menentukan takdir manusia, misalnya pada QS. ath-Thariq: 5-7, QS. an-Nahl : 78 dan QS. al-Jasiyah [45] :12-13. Kedua, Tauhid Uluhiyyah yaitu iman bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, misalnya pada QS. al-Baqarah [2]: 163, QS. Ali Imran [3]:18, QS. adz-Dzariyat [51]:56, QS. al-Ikhlas [112] 1-4. Ketiga, Tauhid Asma dan Sifat yaitu mengenal Allah melalui nama-nama-Nya yang ada di dalam asmaul husna dan sifat sifat-Nya beserta keyakinan dan rasa ta’dzim sebab nama bagi Allah adalah sifat dan karakter-Nya, misalnya pada QS. al-A’raf [7]:180, QS. Thaha [20]:8, QS. al-Hasyr [59] :24.[5]

Adapun akhlak terhadap Rasul saw dapat diaplikasikan dengan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi saw, mentaati perintah dan larangannya serta memperbanyak sholawat. Dalam Al-Quran Allah swt berfirman :

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya : Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. al-Ahzab [33]:56)

Dalam tafsir Kementerian Agama disebutkan bahwa shalawat dari Allah swt berarti memberi rahmat, dari malaikat berarti memohonkan ampunan, dan dari orang-orang mukmin berarti berdoa agar diberi rahmat, seperti dengan perkataan, “Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad”.[6]

  • Akhlak kepada keluarga

Keluarga merupakan kelompok terkecil dari masyarakat, dari keluarga-lah pendidikan akhlak seorang anak dimulai karena keluarga sangat berpengaruh terhadap karakter dan kebiasaan anak. Petunjuk Al-Quran terhadap akhlak dalam keluarga misalnya; saling menjaga dan menasihati dalam kebaikan dan menjauhkan dari keburukan (QS. at-Tahrim [6]:6), saling memberikan rasa tenang, cinta dan kasih sayang (QS. ar Rum [30]: 21),menasihati dan mendukung untuk taat kepada Allah (QS. Luqman [31]:13), menghormati dan mentaati kedua orangtua (QS. Luqman [31]:14-15), berakhlakul karimah dan berbicara lembut dengan kedua orangtua dan seluruh anggota keluarga (QS. al-Isra’[17]: 23-24). Dalam hadis Nabi saw dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Artinya: Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang yang  paling berbuat baik pada keluargaku.[7]

  • Akhlak kepada sesama muslim

Interaksi dengan sesama muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah islamiyyah atau persaudaraan sesama muslim. Dengan konsep ukhuwwah islamiyyah Al-Quran menghendaki dalam kehidupan bermasyarakat umat Islam harus saling mencintai, tolong menolong, menasehati, harmonis dan menjadikan sesama muslim layaknya tubuh sendiri sehingga disaat satu anggota tubuh sakit maka tubuh lainnya akan merasakan hal yang sama. Persaudaraan dalam Islam sangat kuat dan melebihi hubungan lainnya. Tuntunan Al-Quran dalam berinteraksi dengan sesama muslim sangatlah banyak dan hampir semua ayat-ayat terkait akhlak ditujukan dalam hubungan sesama muslim, diantaranya adalah: perintah untuk memelihara persaudaraan sesama muslim (QS. al-Hujurat [49]:10), tidak menghina, merendahkan, menertawakan, dan memberi gelar buruk (QS. al-Hujurat [49]: 11), tidak berprasangka buruk serta menjauhi tajasus (mencari kesalahan orang lain) (QS. al-Hujurat [49]:12), saling mengenal dan toleransi terhadap budaya dan adat istiadat satu sama lain sehingga tidak mudah tersinggung (QS. al Hujurat [49]:13), berbuat adil, ihsan, dan tidak berbuat keji, munkar, menjauhi permusuhan serta larangan untuk mendzolimi orang lain (QS. an-Nahl [16]: 90). Dalam beberapa hadis terkait akhlak terhadap sesama muslim, yaitu :

            Dari Nu’man Bin Basyir, berkata ia, bahwa Nabi saw bersabda:

 مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya: Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” [8]

            Dari Abu Hurairah, berkata ia bahwa nabi saw bersabda :

«المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لَا يَخُونُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ، كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ، عِرْضُهُ وَمَالُهُ وَدَمُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْتَقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ»

 Artinya: Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, oleh karena itu dia tidak boleh mengkhianatinya, membohonginya maupun merendahkannya,. Seorang muslim diharamkan mengganggu kehormatan, harta, maupun jiwa muslim yang lain. Takwa itu berada disini (sambil menunjuk dada beliau) Seorang muslim sudah dipandang melakukan kejahatan meski sekedar mengejek saudaranya seama muslim. [9] 

  • Akhlak kepada non-muslim

Islam hadir sebagai ajaran yang membawa nilai nilai perdamaian. Islam sendiri memiliki nama yang bermakna damai dan selamat. Sebagai suri tauladan terbaik bagi umat Islam Rasulullah saw telah memberikan keteladanan dalam berinteraksi secara baik dengan non muslim salah satunya melalui piagam Madinah. Interaksi dengan non muslim digambarkan melalui istilah ukhuwwah insaniyyah atau hubungan kemanusiaan yang tidak melihat suku, agama dan ras. Ayat-ayat yang memberikan tuntunan cara berinteraksi yang baik dengan non muslim adalah : Tidak memaksa mereka untuk masuk agama Islam (QS.al-Baqoroh [2]: 256), saling menjaga hak-hak masing, mengasihi, tolong-menolong, berbuat adil dan tidak menzalimi selama mereka tidak mengganggu dan memerangi (QS. al-Mumtahanah [60]: 8), bersikap baik dan lemah lembut (QS. Thaha [20]: 44), tidak mengganggu, merendahkan atau menghina simbol-simbol agama lain (QS. al-An’am[6]: 108).


[1] Jaman, Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran, dalam website media.neliti.com, diakses 14/07/2024, pukul 12.29

[2] Abudin Nata, 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali pers, 2013) hal 209

[3]Sholeh, “Pendidikan Akhlak Dalam Lingkungan Keluarga Menurut Imam Ghazali,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 1, no. 1 (2016): h. 62

[4] Ahmad Rifa’i, “Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga (Tinjauan Normatif Dalam Islam),” Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, no. (June 1, 2019). hal. 235.

[5] Lihat : Fakhruddin Ar Razi, At-Tafsir Al Kabir (Bairut: Darr Ihya At Turots Al ‘Arabi, 1420 H)

[6] Al-Quran Word Kemenag, QS Al-Ahzab [33]: 56

[7] HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih

[8] HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586

[9] HR. Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi, 4:324, nomor 1927. Di shohehkan oleh Al-Albani

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *